Song Of The Month #March : C'mere - Interpol (Interpolantics 2024)
C’mere milik Interpol datang bukan sebagai lagu yang ingin menenangkan, tapi lebih mirip sebuah pesan suara yang tak pernah dikirim—penuh jeda, pengakuan setengah hati, dan luka yang masih berdarah. Lagu ini tiba-tiba saja terputar bukan dalam bentuk wahyu, tapi lebih seperti teman lama yang tiba-tiba nongol di depan pintu kost, tanpa kabar, bawa rokok setengah isi dan keceriaan yang dipaksakan.
Dari detik pertama, gitar riff yang repetitif namun tajam langsung menyayat. Seperti ketukan palu ke dinding kepala yang tipis, pelan-pelan tapi pasti merobek ruang nyaman. Tidak butuh waktu lama untuk Paul Banks melantunkan baritonnya yang nyaris tanpa emosi, justru di situ letak rasa. Vokalnya terdengar seperti orang yang sudah terlalu capek untuk marah, tapi terlalu jujur untuk menutupi patah hati.
“The trouble is that you're in love with someone else / It should be me.”
Kalimat yang dibaca sekilas terasa picisan, tapi dalam konteks Interpol, terasa seperti doa yang dipanjatkan dengan muka cemberut. Kita diajak masuk ke sebuah hubungan yang penuh tarik-ulur, relasi yang tidak selesai, dan rasa memiliki yang tidak pernah diakui secara utuh. Ini bukan tentang patah hati yang meledak-ledak. Ini tentang patah hati yang sudah terlalu lama dipendam sampai jadi bagian dari rutinitas.
Saya jadi teringat pada satu fase dalam hidup, ketika seseorang yang saya pikir akan menetap justru menambatkan hatinya di tempat lain. Saya tidak meledak, tidak mengamuk, bahkan tidak menangis—hanya duduk, diam, dan merasa pikiran jadi lebih jernih. Lalu lagu ini seperti mengucapkan hal-hal yang tidak sempat saya rangkai: “You can hold her hand / And I will carry you.” Saya ingin marah, tapi yang keluar hanya bentuk-bentuk kompromi bodoh. Lagu ini tahu rasanya kalah tapi tetap berharap diberi panggung.
Interpol tidak sedang mencoba menjadi pahlawan di lagu ini. Mereka hanya sedang jujur, dan kadang, kejujuran itu menyakitkan. Lirik demi lirik di “C’mere” seperti tumpahan isi kepala orang yang tahu dia kalah dalam perlombaan, tapi masih berdiri di garis akhir, berharap diberi medali hiburan. Tidak ada grand gesture di sini. Hanya pengakuan-pengakuan kecil yang diam-diam menggerus.
Secara produksi, C’mere tidak neko-neko. Gitar mengisi ruang secara presisi tanpa mencuri perhatian, drum ketat seperti detak jantung yang menahan panik, dan bassline—seperti biasa dalam katalog Interpol—berfungsi sebagai jembatan emosi, bukan sekadar pengisi nada rendah. Tidak ada eksplosif di lagu ini, hanya dentuman konstan dari rasa yang tak terucapkan.
Yang menarik dari C’mere adalah kemampuannya menahan ledakan. Lagu ini seperti sebotol soda yang dikocok, tapi tidak pernah dibuka. Tegang, menggantung, dan kadang menyebalkan. Tapi justru di situ letak kenikmatannya. Semacam kesadaran bahwa tidak semua rasa butuh solusi. Beberapa cukup dibiarkan mengendap, jadi fosil, atau arsip yang tak pernah dibuka kembali.
Interpol lewat lagu ini seolah bicara dari balik kaca. Kita bisa lihat ekspresi wajahnya, kita bisa tebak isi hatinya, tapi tidak ada yang benar-benar disentuh. C’mere bukan ajakan manis, ini rengekan kecil yang dibungkus ego. Dan kita, seperti biasa, selalu jatuh cinta pada yang begitu.
Komentar
Posting Komentar