album of the month #february : Payung teduh - Payung teduh (2010)
Saya sendiri kurang ingat kapan pertama kali kenal dengan Payung Teduh. Tapi memori tentang ternyata saya dulu sempat sangat mengidolakan quartet ini muncul kembali setelah beberapa waktu yang lalu saya bahas dengan seorang teman. Ditengah obrolan panjang di kedai kopi, lagu kita adalah sisa-sisa keihklasan yang tak diiklhlaskan muncul dengan lumayan asing karena kami awalnya masih menerka sesuatu yang familiar.
Kami punya satu kebiasaan, seseru apapun topik bahasannya jika ada lagu bagus kami rela berhenti sejenak sampai lagunya habis lalu melanjutkan obrolan. Tapi malam itu spesial, kami seketika membahas Payung Teduh. Kapan, dimana, lagu andalan, dan album favorit yang kami rasa bijak untuk setuju bahwa, membahas Payung Teduh hanya perlu sampai album Dunia Batas.
Ada beberapa lagu favorit saya di album ini, salah satunya adalah kita adalah sisa-sisa keihklasan yang tak diiklhlaskan. Judul panjang yang sangat mengambarkan ke-tidak ikhlasan dalam sebuah lagu. Lagu tanpa intro, 1,2,3,4 vokal sendu masuk, tempo lambat, lirik nggerus dan aransemen sederhana, tanpa banyak layer efek suara dan instrumen lainnya.
Sejak dibuka dengan lagu Angin Pujaan Hujan, saya rasa Payung Teduh tahu betul bagaimana menyusun set list yang baik untuk sebuah album. Nada mayor dengan dominasi ukulele dan gitar kopong menjadi instrumen utama dalam keseluruhan album ini, sampai pada penghujung album. Amy, lagu istrumental berdurasi enam menit, berisi petika gitar, gumaman nada konstan sesekali menyebut Amy, dengan isian cello yang menimbulkan kesedihan tanpa alasan, mungkin penanda album bagus ini sudah menuju penghabisannya.
Secara teknis, tidak ada yang spesial menilik sisi produksi album ini seingat saya direkam live secara tidak proper di studio ivy league milik Mondo Gascaro. Namun apalah arti teknis jika jiwa dan tujuan dari sebuah karya bisa ditangkap sebagai kemurnian dan kepolosan dari sebuah musik? Toh pada akhirnya album ini sukses menjadi salah satu karya musik paling monumental pada industri musik modern di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar