Album of the month #June : Eleanor whisper - Mati Bersemi (2024)




Eleanor whisper mampir ke telinga saya secara tidak sengaja. Pengalaman asoy hasil kebuntuan soundtrack jalan pagi namun isi playlist yang itu-itu saja, disiasati dengan fitur discovery di Apple music. Sebenarnya saya tidak berharap banyak dengan fitur ini di layanan streaming tersebut karena pengalaman menggunakannya jarang sekali memuaskan dengan musik baru yang ditawarkan.

Seakan menolak diremehkan, setelah beberapa lagu yang tidak terlalu berkesan saya dibisiki  intro elektrik piano disusul melodi gitar penuh reverb glassy dengan chord yang sangat generik dan tidak terlalu spesial awalnya, Lalu biru dari Eleanor whisper terputar. Seakan jatuh cinta pada pandangan pertama, saya mengalami jatuh cinta pada dengar pertama.

Lagu terputar habis, diulangi, lalu habis, dan saya ulangi lagi. Beberapa pengulangan terjadi sebelum saya mantap untuk meluangkan waktu mendengarkan album penuhnya. Dream pop enthek resik! dibalut synth sebagai layer yang tidak kelewat batas, seperti sengaja dipersiapkan sebagai tembok yang kokoh sebelum di cat dengan warna warni intrumen lain. 

Siap siaga jika kalian juga tertarik mendengar album ini sedari awal, trek Labirin telah menunggu kalian dengan kesan lagu yang sinematik. Saya membayangkan adrenalin menjadi Carmy bearzatto di serial The bear pada scene dimana dia harus mengobrak-abrik isi lemarinya demi membayar vendor daging untuk restorannya. 

Tidak ada yang berkesan lebih dari lagu kedua album ini, Superficial. Bukan karena jelek, namun karena kita sudah didengarkan lagu pembuka yang oke banget, jadi ekspektasi jelas terpasang untuk lagu kedua yang sialnya, lagu kedua jadi terdengar biasa saja. 

Hidup mati dan terluka, trek ke tiga dengan judul yang paling emo diantara yang lain. Secara musik, masih dengan ornamen dan sound design yang sepertinya memang di set sebagai tema besar di album ini. Saya cinta dengan penggalan lirik lagu ini “Hampa hidupmu bukan salahmu, percayakan pada sisa waktu” depresif yang kontemplatif, bukan menyerah pada keadaan.

Tensi menurun pada trek Diujung malam. Waltz  6/8  dengan alunan riff gitar penuh modulasi yang menyenangkan bahkan pada lagu dengan tema kerinduan. Lagu balada yang nyelip sebagai pemberi jeda untuk sejenak berdansa lambat sebelum saling tikam dipunggung masing-masing.

Bijak untuk menaruh Pour moi untuk set selanjutnya, menggoyang pinggang dengan irama 4/4 ber-gaya rock n roll menarik dengan adanya beat switch cha-cha ditengah lagu dengan narasi pendek berbahas Prancis sebelum akhirnya dilibas dengan riff tema sampai habis.

Seperti kembali diingatkan bahwa ini bukan album tentang keceriaan, Eureka hadir seakan Parto di OVJ saat para wayang dirasa melenceng dari benang merah cerita, atau kata-kata ajaib Tukul arwana menyerukan Kembali ke laptop! Eureka hadir sebagai anthem bahwa kesedihan ini masih harus berlanjut, hidup yang biasa-biasa saja masih berjalan, tanda-tanda kiamat juga sudah saling menyahut . “yang hanya fana dimuka dunia, dimanakah arti sempurna? Rapuh, luruh, runtuh dibungkam dunia, kala makna hilang dan perlahan sendiri” 

Lalu biru muncul, lagu dengan lirik picisan yang membuat saya jatuh cinta dengan album ini. Memang kadang yang chessy begini malah mantap menusuk perasaan. “Dan berlalu wajahmu, temani malamku yang penuh rindu. Bisikan tenang terdengar dimalam panjangku, sayang” wajar jika lirik seperti ini kita temukan pada lagu-lagu The mercys, panbers, atau grup vokal Batak idola bapak-bapak kita. Tapi untuk band yang berisikan anak-anak muda? Ini sesuatu yang jarang saya temui. Tapi Eleanor whisper mampu memberi lirik chessy yang tidak terdengar murahan, seakan mereka mengambil sisi kepolosan dari surat cinta remaja pra akil balik dengan porsi yang cukup.

Perjalanan album ini disudahi dengan trek Mati Bersemi. Lagu yang juga menjadi judul album ini mantap menjadi pamungkas perjalanan tujuh lagu sebelumnya. Tidak banyak banyak bisa saya ceritakan tentang lagu ini selain saya yakin betul memang lagu ini sengaja dipilih untuk ditaruh di set paling akhir. 

Menyenangkan untuk akhirnya beberapa kali saya mendengarkan ulang album ini. Kombinasi dua vokal laki-laki dan perempuan yang tidak terkesan saling kejar, justru saling mengisi. Padahal, hampir diseluruh lagu dua vokal ini selalu bernyanyi dengan part dan porsi yang sama. Sound design album ini adalah yang paling saya acungi jempol. Dengan banyaknya layer dari gitar dan synthetizer, mereka mampu membagi porsi masing-masing instrumen dengan jelas tanpa kita harus meluangkan usaha lebih untuk mencari sumber suara dari masing-masing instrumen ditambah pemilihan sound drum ketat yang sangat cocok dengan musik semacam ini.

Mati bersemi dari Elanor whisper masuk sebagai salah satu album favorit saya di tahun ini dan sangat saya rekomendasikan untuk kalian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WE BECOME THE ONE THAT WE HATE.

DEVIANT ROGUE FRACTION OF DISMAY PRESS RELEASE