6 ALBUM FAVORIT 2023

  


Tahun 2023 bagi saya berasa ganjil. Tau-tau sudah akhir tahun tanpa ada progress signifikan. Banyak hal yang sepertinya saya lewatkan. Yang masih membuat kesal sampai sekarang sih karena tidak beli tiket festival Joyland. Tadinya ragu mau beli karena Joyland baru sekedar membocorkan Interpol yang tidak terlalu saya ikuti musiknya, hanya dibeberapa single. Setelah beberapa waktu lupa, muncullah poster lengkap. Dan yak! Ada Mew dan Last Dinosaur. Mau beli tiket harian tapi kok mahal, masih banyak kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Tapi terlepas dari itu semua, saya tetap bersyukur kok tahun ini bisa dilewati tanpa ada tragedi berarti. Walaupun dampaknya langsung ke “loh udah akhir tahun aja ni brader?”

Seperti tahun yang sudah-sudah, saya akan mencoba menyusun rilisan favorit dalam bentuk tulisan. Libur dua tahun karena saya malas menulis, inipun saya memaksa diri untuk kembali mencoba menulis. Banyak pertimbangan dari daftar ini, dan selalu salah satunya adalah inovasi. Tidak membatasi pada rilisan perdana atau setelahnya, setiap tahun kita pasti menemukan sesuatu yang baru dari teman-teman kita musisi dalam proses mendengarkan karya mereka. Ada yang mengalami evolusi musikalitas, ideologi yang berusaha ditanamkan dalam musiknya, juga langkah baru dalam perilisannya (cont: bergabung ke label luar atau tour) yang mana dampaknya juga tidak kalah dari merilis karya baru.

Namanya musik adalah perihal selera (hehehe) jadi ya kalau ada yang tidak sependapat ya terserah kamu. Atau kalau mau bertukar selera bisa DM ke ig saya @dinosavrvs. Berikut daftar rilisan favorit saya tahun 2023 ini.



1.      1.  CAPA CITY - BEDCHAMBER

Awalnya saya tidak begitu tau alasan saya suka Bedchamber dengan album Capa city. Pasti pernah kan suka dengan sebuah musik tanpa tahu dan mau cari tahu apa yang membuat kita jatuh cinta terhadap musik tersebut. Ya hanya sekedar suka saja dan kita dengar berkali-kali tidak bosan. Nah itu yang saya rasakan waktu awal-awal menikmati album ini. Delapan lagu dengan eksekusi yang ketat tidak memberikan rasa bosan, tapi juga tidak memberi rasa penarasan untuk mencari tau apa yang membuat Capa city begitu nyaman didengarkan oleh telinga saya.

Akhirnya alasan yang bisa diberikan adalah alasan yang saya buat-buat sendiri. Bagi saya, album kedua dari Bedchamber adalah step up dari musikalitas meraka dalam bermusik. Ibarat ada ketidakpuasan terhadap album pertama, Capa city hadir untuk “memberi makan” adrenalin dari kuartet asal Jakarta ini. 

Saya menaruh perhatian lebih pada Smita kirana yang memainkan isian bass dengan lebih berani dibanding pada album sebelumnya. Dengan tone yang lebih dewasa, mendengarkan permainan bass beliau terdengar menyenangkan, ceria sekaligus sendu, dan rasa ingin menggoyangkan badan seketika. Bisa diperhatikan pada hampir seluruh lagu. Tanpa bermaksut mengecilkan peran dari personel lainnya. Namun untuk sekarang, itu alasan yang cukup untuk saya menjelaskan betapa bagusnya album ini. Sayang saya melewatkan tour mereka beberapa waktu lalu.

 

Track  favorit : Capa city, Peak season, New times, Tired eyes.



2.       2. SONE – MANDOORS

Mandoors adalah band “nemu” yang akhirnya saya suka karyanya. Sempat beberapa kali direkomendasikan bahkan satu backstage pada salah satu acara di Semarang (tidak ingat detail karena mabuk) akhirnya berkesempatan nonton mereka secara tidak sengaja di satu festival Agustus lalu. Istimewa, saya langsung jatuh cinta dengan mereka. Sound manggung mereka hanya beda tipis dengan versi rekaman. PR besar dari band yang memainkan musik dengan sound design psycedelick dan turunannya selalu sound panggung. Dan hal tersebut disingkirkan dengan memuaskan hari itu oleh Mandoors. 

Albumnya pun tak kalah gokil. SONE, berisi sebelas lagu yang dieksekusi dengan klimaks mencapai puncak. Album yang rapi untuk rilisan penuh pertama band dari Semarang ini. Sound design (sekali lagi teman-teman) sound design adalah salah satu yang paling istimewa dari grup ini. Masing-masing instrumen mengisi sesuai porsi lagu, tipe suara yang unik dari vocalist beriringan dengan pola line vocal, dinyanyikan dengan lirik khas band psychedelic yang “ini ngomongin apa sih” sebagai pamungkas.

Untuk poin terakhir yang disebut, saya anggap sebagai kekurangan minor dari album ini. Saya sendiri harus membaca lirik mereka beberapa kali baru paham apa maknanya. Itupun hanya dibeberapa lagu yang saya suka. Tapi itu hanya faktor minor dari keseluruhan SONE yang keren ini. Setiap lagu memiliki postur yang jelas, karena sering berisikan repetisi membuat masing-masing lagunya lebih gampang dinikmati. Dari musiknya, sekilas ini adalah perpaduan pas dari Altin gun dan Tame impala.

 

Track favorit : Bertanya Kepada, Sepintas Menuju Terang, Memaksa, Terendus, Mau Jadi Apa


.

  

3.       3. EMERALD – HEALS

Emerald, album penuh kedua dari Heals bagaikan hadiah ulang tahun ke dua puluh empat bagi saya. Rilis di awal November, Emerald akhirnya membuat telinga jatuh cinta beneran dengan band ini. Album pertamanya (Spectrum), saya dapatkan dari rekomendasi teman, False alarm jadi jagoan. Namun albumnya secara keseluruhan? Bagi saya tidak. Bukan jelek, tapi sebelumnya sudah kadung kenal Polyester embassy. Album penuh pertama mereka seakan hanya mengulang apa yang pernah dilakukan Polyester embassy sebelumnya. Secara sound, aransemen, dan eksekusi studio.

Tapi pada album Emerald, Heals membuktikan kualitas mereka. Tidak banyak band ber-genre musik yang sama dengan hasil akhir rekaman yang luar biasa. Luar biasa karena detail dari masing-masing instrumen yang mampu berdiri sendiri-sendiri tanpa menghalangi eksistensi part personil lainnya. Dengan hasil akhir album kedua ini, quartet asal Bandung ini berhasil menaikkan standar dan kualitas mereka sendiri.

Sorotan utama saya setelah perkara sound design mereka adalah pada permainan drum. Heals banyak memasukan elemen ketukan drum samba dan African beat yang hasilnya jadi bagian kejutan dalam beberapa lagu seperti Oxymoron, Weathre, Envi, dan Design. Selanjutnya ada satu lagu yang jadi favorit saya yaitu Air emas. Harusnya sih Heals sudah berani memperbanyak katalog lagu berbahasa Indonesia wong terbukti nggak kalah dahsyat dibandingkan dengan lagu berlirik Bahasa inggris mereka.

Album ini sudah bisa kalian rasakan kerennya dimana sejak track pertama. Intro lagu berdurasi pendek dengan judul Silau. Mantap sebagai warning awal bahwa kita akan dibuat kagum dengan nomor lagu selanjutnya hingga selanjutnya lagi. Dengan sound design seribet ini, anehnya kuping tetap bisa dibuat nyaman tanpa terganggu dengan ambien-ambien tambahan pada keseluruhan album, istimewa.

 

Track favorit : Weathre, Envi, Air emas, Supra.

 

 

4.       4. RIMPANG – EFEK RUMAH KACA

Efek rumah kaca selalu punya tempat istimewa di otak saya. Sampai sekarang, saya masih ingat betul pertama kali jatuh hati dengan band ini. Debu-debu beterbangan adalah gerbang pertamanya, sisanya? Adalah rasa kagum. Sempat merasa kecewa terhadap album pendek Jalan enam tiga yang biasa banget, sampai akhirnya menetaslah album Rimpang.

Album penuh ke empat dari Efek rumah kaca ini memberikan lagi sensasi yang sama saat pertama kali mendengar album-album mereka yang sudah-sudah. Emosional, mungkin ini yang bisa saya gambarkan saat menyelesaikannya. Saking emosi saya bercampur aduk, tanpa disadari air mata menetes (sedikit) tepat saat lagu terakhir selesai.

Penulisan lirik Cholil machmud memang jempolan, ditambah beberapa kolaborator yang tepat pada lagu krusial macam Fun kaya Fun (feat suraa) dan Bersemi Sekebun ( feat Morgue Vanguard) seakan memasangkan bingkaian puzzle yang terpisah. Ini juga album rock Efek Rumah Kaca dengan isian synth paling penuh yang pernah mereka keluarkan. Sepertinya juga dampak dari bergabungnya Reza Ryan sebagai personil baru yang memberikan warna lebih segar pada musik mereka.

Secara keseluruhan, album Rimpang adalah tipikal album dengan pernyataan “ERK mah harusnya gini” saking bagusnya keseluruhan materinya. Menyenangkan mendapat hadiah seperti album RImpang setelah sebelumnya saya rada kecewa dengan EP Jalan Enam Tiga. Ah, memang agak kurang ajar kita kecewa terhadap suatu karya. Tapi ya gapapa deh, namanya juga fans.


Track favorit : Fun kaya fun, Heroik, Kita yang purba, Ternak di gembala, Rimpang.

 

 

5.       5. Malaka - Ali

Mendengarkan Ali adalah perumpaan sempurna bagaimana jika goyangan digambarkan sebagai musik. Angin segar bagi musik Indonesia karena seingat saya belum ada yang memainkan genre Turkish funk dan membuatnya menjadi sesuatu yang populer. Sebenarnya secara musik, Malaka bukanlah sebuah sesuatu yang baru dalam industri musik Indonesia. Sudah ada The rollies, AKA, Lorjhu’ dan beberapa band lain sudah membuat musik dengan nada-nada Anatolian serupa 

Tapi apa yang membuat Ali unik adalah perihal sensasi visual saat mendengarkan Malaka sejak awal hingga akhir. Keceriaan ala pinggir pantai Dubai siang hari, segelas limun, dan pohon kelapa siap panen sebagai pemandangan. Riff gitar dengan hook khas desert blues, bassline dancy, dan ketukan drum african beat yang punchy, lengkap dengan lirik bahasa arab. Sah sudah jika kamu butuh alasan kenapa album Malaka menjadi album yang unik dibanding pendahulunya.


Track favorit : dance, habibi, equator, ya shaams.


 

6.       6. Coltrane Brigade Communique – LEIPZIG

Sulit nemu band post-punk dengan sound british punk yang cocok dengan selera saya. Alasan yang jahat jika menyukai suatu band lokal karena kalimat “ini”-nya Indonesia nih. Sebagai alasan minor, saya suka album ini karena saya suka IDLES. Tapi saya akan coba cari alasan lain untuk saya menyukai Leipzig terkhusus album ini.

Materi album ini terlalu ketat untuk dibilang IDLES banget, juga terlalu eksplor untuk dibilang punk biasa. Saya selalu suka sound gitar dengan drive kering dan riff gitar melodis. Hook gitarnya tercecer dimana-mana, juga penulisan lirik yang unik. Unik karena cara menulisnya seperti orang ngoceh dan mengundang ironi seperti “Sebab takut its only konstruksi dari pikiranmu sendiri! Kata nirmakna bacot semata” pada lagu Menunggu begal atau “Jika Paris terlampau luxury buatmu yang masih nyasar di perempatan cisokan” pada track from Paris to Cisokan.

Entah kenapa saya yakin Leipzig cukup banyak mendengarkan album rap karena cara menuis lirik yang cukup unik untuk band se-genre lainnya.

Album ini ditutup track solo saxophone atau trompet atau flute saya kurang yakin tapi apa yang dimainkan dalam Cadas Pangeran In C minor cukup mistis untuk masuk dalam album post-punk.

 

Track favorit : Menunggu begal, The beach beneath  the paving stone, from paris to cisokan, gododbye blue Monday.




Ada beberapa album lokal dan luar yang harusnya masuk dalam daftar ini, tapi saya sudah males mau ngrevienya. Tapi saya bikin saja honorable mention, diantara lain;

1. Crayola eyes - Gushing

2. Sajama cut - Selalu (naif cover)

3. Bin idris    - Semayam

4. lil yachty - Lets start here

5. Jungle    - volcano

6. Dirty ass - setubuhi dirimu sendiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Album of the month #June : Eleanor whisper - Mati Bersemi (2024)

WE BECOME THE ONE THAT WE HATE.

DEVIANT ROGUE FRACTION OF DISMAY PRESS RELEASE