Alpha Mortal Foxtrot: No one will talk about us (no one will owe us anythings) dan kesadaran mawas diri.
Kita bukan siapa-siapa apalagi pusat alam semesta. Ah tidak semua bisa menerima bahwa memang ada orang yang ditakdirkan untuk menjadi medioker. Biasa saja, tanpa sesuatu yang wah tapi jelek juga enggak. Mungkin ya, tanpa sadar gaya hidup medioker seperti ini adalah gaya hidup paling ideal untuk masyarakat modern ini. Ini mungkin saja ya.
Ini bukan perkara menganjurkan gaya hidup tanpa ambisi, beda jauh. Ini adalah kesadaran bahwa kita harusnya lebih bisa menerima diri kita sendiri. Tanpa perlu mencari validasi dari orang lain dan aspek luar diri kita. Toh tidak apa-apa kita tidak menjadi “sesuatu” dalam society, selama kita bisa hidup dengan baik dalam masyarakat, itu sudah cukup.
No one will talk about us (no one will owe us anythings) secara halus masuk ke kepala dan seakan mengingatakn lagi hal-hal paling mendasar dari hidup. Klaim pribadi, saya juga bukan tipe orang yang suka-suka amat berada dalam pusat perhatian. Liriknya sederhana, terlalu sederhana malah untuk musik semegah Alpha mortal foxtrot. Tapi mungkin ini yang membuat saya langsung dapat kesan pertama yang bagus secara lirik dan musik. Point plus bagi sebuah lagu yang masuk dalam kategori istimewa adalah lirik dan musik sama bagus dalam eksekusinya.
Sebelumnya saya tidak banyak mendengarkan jenis musik yang diusung oleh Alpha mortal foxtrot, tipe audionya kurang raw kalau untuk saya. Tapi ini jelas referensi pribadi saja. Toh kalau bicara perkara teknis, musik seperti ini akan selalu menyenangkan untuk dikulik soundnya. Dan dari sudut pandang produksi, ini adalah contoh band alternatif rock yang akan saya rekomendasikan jika saya ditanya bagaimana contoh eksekusi sound design yang baik. Terdapat banyak layer instrumen namun tidak menumpuk, overdrive yang sesuai porsi, dan satu favorit saya adalah sound drumnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pusingnya sound egineer melayani permintaan para personel.
Saya punya kesan yang unik saat pertama mendengar lagu ini. Pertama dengar No one will talk about us (no one will owe us anythings) rasanya mirip seperti emosi saat marah atau jengkel (pada bagian verse), lalu ibu saya datang dengan kata-kata bijak menenangkan amarah (pada reff). Gimana? Rada sureal kan bagi kalian, tapi saya rasa itu adalah hal yang tepat untuk menggambarkan laju lagu dari awal, pertengahan, hingga akhir. Setelah suara dentuman drum yang mendominasi di bagian verse lalu mood lagu turun dibagian reff, sebelum akhirnya dihajar kembali di bagian bridge lagu. Saya selalu suka lagu yang berpola, lebih gampang dinikmati. Dinamika lagu yang dipilih secara presisi ini saya yakin bukan hal yang dilakukan secara tidak sengaja.
Saya memberikan nilai plus kepada Wiku Anindito dan Dinda Citrini yang berada di departemen lirik setelah memutuskan bahwa lirik pada reff cukup diisi dengan bait repetitif, pas. Bagi saya ini adalah keputusan yang bijak. Nilai utama dari lagunya jadi tidak kabur, gampang dicerna bahwa lagu ini tentang apa. Kadang penulis lirik mempunyai ego tersendiri terhadapa pemilihan kata yang digunakan. Tidak jarang kita menemukan lirik yang mengangkat topik menarik namun karena diksi yang tidak bijak, inti dari lagu tersebut malah tidak dapat dicerna dengan baik. Topik yang dibahas dalam lagu ini pun bukan perkara remeh. Nah! Mungkin ini yang membuat saya jatuh cinta dengan No one will talk about us (no one will owe us anythings). mereka bisa menyajikan lagu dengan topik yang tidak sepele, dibalut dengan musik yang kompleks, namun tidak membuat lagunya mejadi sesuatu yang susah untuk dicerna. Walaupun mengangkat isu berat, liriknya tidak terkesan menggurui.
No one will talk about us (no one will owe us anythings) mengingatkan saya dengan gaya hidup Stoik. Belakangan paham filosofi ini sedang marak dipelajari. Meyadarkan bahwa kita tidak terlalu perlu validasi dari luar diri kita seperti yang sudah di tulis di awal. Bahwa ada faktor yang lebih krusial dariapada memikirkan sudut pandang orang lain terhadap diri kita. Kalau kata ibu saya, hidup ini yang bikin Tuhan, yang menjalankan kita, yang mengomentari orang lain.
Semua adalah tentang diri sendiri, berdamai dengan diri sendiri. Kalau tidak dicerna pasti kalimat tersebut akan terdengar egois. Tapi pernahkah kalian bertemu orang yang bisa membuat orang lain dan lingkungannya nyaman tanpa perlu selesai atau berdamai dengan dirinya sendiri? saya yakin tidak. Dan saya adalah golongan orang yang percaya semua hal baik bermula dari diri sendiri.
Selama kita bisa hidup dengan prinsip, itu sudah cukup untuk sehari-hari. Toh kalau kita sadar dan terima bahwa kita bukan siapa-siapa, tidak akan ada yang membicarakan kita, tidak akan ada yang berhutang pada kita. Menjadi biasa saja bukan tidak bermakna apa-apa, menjadi biasa saja adalah mawas diri. Alpha mortal foxtrot berhasil mengingatkan saya akan hal itu dengan merilis No one will talk about us (no one will owe us anythings). setidaknya ini bagi saya, semoga bagi kalian yang membaca dan mendegarkan juga.
Komentar
Posting Komentar