apasih #005 : Beda dengan plin plan, opini bagus boleh aja berubah sesuai situasi.
Saya pernah membaca sebuah tulisan teman bahwa orang pintar
justru bukanlah orang yang punya pendapat/opini yang sama dalam kurun waktu
yang lama. Justru orang yang pintar adalah orang yang dapat merubah
pendapat/opininya karena menandakan bahwa orang tersebut selalu belajar.
Awalnya saya belum bisa menerima hal ini matang-matang. Perubahan opini itu
bagi saya wajar-wajar aja, begitu juga orang yang punya opini tetap untuk satu
waktu yang lama.
Tapi setelah saya coba memikirkan hal ini secara dalam di
waktu-waktu senggang sepertiga malam (dibaca overthinking) saya menemukan sudut
pandang baru. Maklum lah, kadang di jam-jam seperti itu kita tiba-tiba
kepikiran dan mengkaji hal-hal yang hanya lewat saja di waktu-waktu sebelumnya.
Apa bedanya dengan orang yang plin-plan atau orang-orang yang merubah pendapat
mereka hanya karena dasar opini mereka tidak kuat?
Manusia, pada dasarnya selalu belajar setiap waktu entah
dari mana dan kapanpun. Ya tinggal sikap kita mau bagaimana menyikapi hal
tersebut. Biarkan saya merangkum hasil waktu luang saya di sepertiga malam
tentang hal ini. Pertama, saya tegaskan lagi bahwa, apakah perubahan mengenai
opini itu wajar? Wajar, wajar banget malah. Tapi satu yang perlu kita ingat
adalah, opini boleh berubah namun dasar atau landasan dari opini itu tidak boleh
berubah dan harus tetap sama. Contoh, sebelumnya saya adalah orang yang
mendukung penuh hukuman mati untuk kejahatan berat. Karena bagi saya, hukuman
mati itu lebih memberi kepastian daripada dihukum bertahun tahun lalu mati di
penjara. Iya kalo bakal mati di penjara, kalo bisa nyogok sana-sini seperti
yang terjadi pada kasus Menteri yang nilep uang bansos kan sama aja. Tapi
sekarang, jika saya merubah opini saya terhadap hukuman mati dengan alasan
ternyata secara praktik butuh waktu yang lama untuk hukuman mati tersebut
dijalankan, sah saja dengan catatan sebagai berikut.
Walaupun pendapat saya berubah, tapi dasar nilai dan norma yang
saya ambil masih sama, yaitu kepastian. Jika kepastian ini tidak ada buat apa
saya mengambil sikap yang sama?. Jadi, pada poin pertama adalah opini berubah
itu wajar, namun dasar dari opini tersebut yang harus tetap/kekal. Nilai apa yang kita bela? Keadilan,
kesejahteraan, kesetaraan, atau kerja keras dsb. Hal-hal tersebut tidak boleh
berubah walaupun setiap aspek perlu juga dispesifikasikan lagi akan seperti
apa.
Kedua, kestabilan nilai dasar tersebut memberi efek dan nilai plus dalam aspek integritas. Menurut saya orang yang berintegritas lebih dicari untuk banyak hal karena orang yang punya integritas yang jelas lebih mudah diprediksi, sehingga kita punya kepercayaan lebih kepada dirinya. Integritas jelas tidak datang begitu saja, dan juga buka satu hal yang diproklamirkan oleh diri sendiri. Integritas datang dari bagaimana menyikapi keadaan sekitar, juga diuji oleh keadaan sekitar.
Contoh gampangnya adalah, dalam keadaan aman-aman saja, orang
tersebut tidak mencuri milik tetangganya, begitu juga jika keadaan susah
seperti sekarang, dia tetap tidak akan mencuri milik tetangganya. Walaupun jika
berdialektika, boleh saja mencuri kalau sudah terpepet kan? Apalagi jika ini
sudah membahas hidup dan mati. Nah, ini dia yang tadi saya maksud nilai moral
mana yang hendak kita pilih.
Ketiga, perubahan tidak selamanya menjadi lebih baik. Jangan
salah akan opini saya terhadap perubahan opini tiap individu ini. secara umum
setiap orang pasti menginginkan perubahan diri menjadi yang lebih baik,
walaupun tidka bisa kita hakimi juga jika ada orang yang memilih stuck atau
bahkan menjadi pribadi yang lebih buruk. Jangan sampai perjalanan hidup,
kesempatan belajar, dan perubahan opini tersebut akhirnya jadi dampak yang
kontradikstif ke diri sendiri. Jadi walau bagaimanapun hal-hal yang terjadi di
sekeliling kita, kita harus tetap menjadikan diri kita sendiri sebagai
parameter.
Saya pribadi selalu mencoba untuk selalu perpatok pada
nilai-nilai yang saya emban. Tentu, tetap harus sesuai dengan batas yang sudah
ditetapkan agar jadi orang yang mudah diprediksi bagi semua orang. Harusnya,
tidak akan pernah ada hal-hal di dunia yang dapat merubah pandangan diri
pribadi karena moral individu yang jadi acuan. Dan jika kita tidak yakin
terhadap sesuaitu ada baiknya jika kita menyimpan hal itu terlebih dahulu.
Pelajari sampai pasti dan baru utarakan pendapat kepada orang lain. Yah
walaupun terserah juga jika mau jadi orang yang ceplas ceplos tanpa, cuma nanti
integritas kita yang dipertaruhkan.
Saya nemu ilustrasi sederhana soal hal yang saya tulis hari
ini. Misal kita mengendarai motor, prinsip utamanya adalah keselamatan. Dalam
artian, memakai helem, patuh lalu lintas, juga tidak sambil mabuk. Hal-hal
tersebut harus tetap ditegakkan tidak peduli kamu dijalan jam tiga pagi dan
tidak ada polisi yang bertugas juga jalanan sepi. Lalu, boleh juga kok kita
pulang tidak lewat jalan yang biasanya, mungkin karena sudah subuh, atau
kebetulan daerah itu sedang rawan begal. Nah ini adalah perubahan yang
diperbolehkan, karena yang dijadikan landasan utama sama, keselamatan.
Komentar
Posting Komentar