Tidak ada yang spesial dari selera musikmu (saya juga)
Musik sebagai satu hal di dunia yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan sehari-hari, dalam penerapannya bisa menjadi sangat beragam
tergantung masing-masing individu. Pun porsinya berbeda-beda tergantung
kebutuhan keseharian. Ada yang dalam hampir kesehariannya selalu diiringi musik
karena pekerjaan, atau hanya sekedar kegemaran. Ada juga orang yang mendengar
musik hanya sekali-kali saja biar suasana agak ramean. Kembali lagi, toh musik
itu perihal kebutuhan, sama seperti media pemuas lainnya.
Sebagai pendengar musik yang punya kebutuhan lumayan besar
dalam menikmatinya, saya punya kecenderungan untuk mendengarkan musik disetiap
waktu senggang saya. Saya biasa mendengar musik disaat-saat waktu sebelum
tidur, berkendara, membaca buku, atau saat berada di tempat umum. Itu saja
hanya dalam keadaan saya mendengarkan menggunakan headset. Dalam beberapa
kesempatan bekerja juga saya biasanya mengerjakannya sembari mendengar musik
yang tersambung ke speaker, bagi saya pribadi musik adalah bagian dari
keseharian, yang bahkan saya bisa menentukan musik seperti apa yang saya mau
dengarkan di keadaan-keadaan tertentu. Untuk keperluan mood saja sebetulnya.
Diluar sana, saya yakin ada teman-teman yang kebutuhan musiknya jauh lebih
besar dari saya dan telah meliputi perilaku mengumpulkan item koleksi seperti
merch official sampai dengan rilisan-rilisan musik kesukaan mereka.
Salah satu faktor yang menarik bagi saya dalam kebutuhan
seseorang dalam kebutuhan musik (juga bermusik) adalah soal referensi dimana
nantinya dari referensi musik ini akan membentuk selera musik seseorang. Dalam
tulisan saya yang sebelumnya pernah membahas soal seperti apa sih sebenarnya
musik yang bagus itu? Tentu ada nilai-nilai yang harus dipenuhi dalam jika kita
membahas hal tersebut, namun Kembali lagi hal-hal yang menyangkut soal rasa ada baiknya tidak usah diperdebatkan.
Diperdebatkan yang saya maksud disini adalah perihal
orang-orang yang (masih saja) menge-cap orang lain punya selera musik buruk
hanya karena orang lain itu mendengarkan musik yang (menurut mereka) musik
kampungan. Dalam kasus ini penikmat musik mainstream sering menjadi sasaran.
Para penikmat lagu pop, EDM, mumble rap, lagu berbahasa jawa, dangdut mulai yang
remix hingga koplo, sampai lagu-lagu yang viral di aplikasi tiktok sering
dianggap sebelah mata sebagai penikmat musik dengan selera yang buruk hanya
karena mereka gemar dengan musik yang disetir oleh selera pasar, minim
makna dan musikalitas. Miris rasanya melihat hal-hal seperti ini selalu
terulang di setiap angkatan musik. Pendengar musik sidestream merasa superior
hanya karena mereka tidak “mengikuti selera pasar” tanpa mereka sadar
sebenarnya setiap selera musik mempunyai pasar mereka sendiri-sendiri. Ya,
mereka bisa berbangga karena “ngulik” musik yang belum banyak didengarkan oleh
banyak orang atau bahkan musik yang tidak semua orang bisa menikmati, seperti
musik-musik eksperimental contohnya. Saya pribadi kurang bisa menikmati musik
ekperimental dan noise.
Dari sudut pandang saya, perilaku seperti itu ada dampak
baik dan buruknya. Buruknya adalah, perilaku merendahkan selera orang lain
seperti yang telah disinggung diatas. Dan lucunya adalah, kadang disaat band
yang mereka puja mulai mendapat perhatian lebih dan mendapat pendengar yang
lebih luas mereka justru merasa kesal karena merasa band tersebut sudah tidak
keren lagi hanya karena orang lain sudah banyak yang tahu. Contoh yang paling
membekas bagi saya adalah pada Payung teduh dan musisi seangkatannya. Fans
seperti inilah yang justru membuat musisi malah merasa tidak nyaman. Sisi
baiknya adalah penikmat musik seperti ini cenderung militan (walaupun tidak
semuanya). Mereka rela membeli merch asli yang harganya kadang tidak murah, beli
rilisan fisik yang jatuhnya Cuma buat pajangan saja, menonton konsernya
disetiap kesempatan, hingga ngulik band tersebut sampai ke referensi apa sih
yang band tersebut dengarkan. Yang disebutkan terakhir menurut saya yang paling
baik karena disamping mengetahui seluk beluk band tersebut, juga dapat menambah
referensi musik yang mereka dengarkan dan kadang malah timbul rasa sayang yang
lain terhadap band referensi tersebut.
Dalam hal menikmati musik sidestream menurut saya,
masing-masing penikmatnya yang masih dalam satu sirkel tongkrongan cenderung
akan menimbulkan sisi kompetitif dari masing-masing individu tersebut. Yang
dalamsalah satu sisi positifnya saling
bertukar playlist namun disisi yang menyebalkannya adalah saling meremehkan
siapa yang referensinya paling “ngulik” diantara yang lain.
Perlu digaris bawahi bahwa ini semua adalah opini saya
pribadi, tanpa bermaksud menjatuhkan salah satu pihak. Sebagai orang yang suka
musik saya juga kurang suka dengan “ceng-cengan” indie yang sampai sekarang entah
kenapa orang sering pakai untuk meng-underestimate selera musik sidestream. Tidak
ada selera musik yang pantas untuk merendahkan selera musik orang lain. Perihal
selera musik ini kadang jadi boomerang bagi para pendengarnya. Kadang ada orang
yang kebelet agar diterima di suatu pembicaraan atau lingkungan dengan
memaksakan diri mendengar musik yang sebenarnya tidak begitu dimengerti dan
jatuhnya sok asik atau malah dianggap posser semata.
Belakangan saya melihat fenomena dimana banyak cewek-cewek
yang biar dibilang edgy sok-sokan mendengarkan musik-musik tertentu lalu
bertingkah agar “hey look at her, dia cewek tapi suka musik ini, uh
jarang-jarang tuh ada yang begituan” di lingkungan skena yang tidak bisa kita
pungkiri isinya di dominasi oleh para cowok. Saya nggak akan muluk-muluk
membahas soal patriarki di dalam skena sih, saya rasa saya tidak mumpuni untuk
berbicara perihal tersebut. Ini sekedar kerisihan pribadi saya sih, sama dengan
rasa risih soal pengelompokan selera musik. Kadang saya mau bilang ke
orang-orang tersebut bahwa tidak ada yang keren dari selera musikmu jika pada
akhirnya hanya kamu gunakan untuk merendahkan selera musik orang lain atau
hanya agar kamu terlihat keren di lingkungan. Diluar sana tuh banyak kalik yang
mendengarkan musik yang kamu dengarkan juga, tapi kamu nggak tau dan ngak norak
kayak kamu aja. Saya bukannya menuntut para penikmat musik sekalian menjadi
geek, atau nerd musik yang membosankan. Hanya saja, saya menganjurkan agar kita
semua menjadi diri kita sendiri tanpa tendensi agar dilihat wow hingga menjadi
pribadi yang menyebalkan bagi diri sendiri juga orang lain. Selera musik
sidestream atau mainstream sama-sama keren kalau yang mendengarkan bisa
menikmatinya dengan damai dan kalau bisa
support masing-masing musisi tersebut agar selalu bisa menghasilkan karya yang
memuaskan selera kalian.
Komentar
Posting Komentar