5 Rilisan Terbaik Tahun "20 FUCKIN 20"
Menyusun daftar rilisan terbaik sepanjang tahun selalu
menjadi hal yang menyenangkan sekaligus dilematis bagi para penikmat musik.
Mengingat setiap pendengar musik pasti memiliki selera dan jagoannya
masing-masing, menyusun album terbaik butuh keberanian dan tekad yang ekstra.
Banyak hal yang menjadi aspek pertimbangan dalam penyusunan daftar-daftar
tersebut, mulai dari sisi musikalitas, penulisan lirik, eksekusi post-produksi,
artwork, hingga komparasi dengan album sebelumnya dari band yang bersangkutan
(jika itu bukan album perdana).
Tahun 2020 menurut saya adalah tahun yang sungguh menyesakkan,
dimana banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan terasa lebih
berasa nyeseknya dibanding jika terjadi di tahun-tahun biasa. banyak rencana
yang gagal, kondisi jasmani dan rohani yang rawan, musisi dan tokoh idola yang
wafat, serta kondisi pemerintahan yang memprihatinkan (kalau tidak mau dibilang
memuakkan). Namun tahun 2020 juga menjadi ajang untuk memperlihatkan keteguhan
hati dan sikap solidaritas. Dilihat dari sisi musisi sendiri, tidak sedikit
yang tetap berkarya dan karya yang dihasilkanpun bukan karya yang main-main. Dari
karya yang dirilis ulang, single kolaborasi, hingga album penuh yang di
luncurkan dengan nuansa yang yahut hingga kemelud justru hadir di tahun 2020
yang sungguh asshole ini.
Nah, saya akan
berusaha untuk bersudut pandang se-obyektif mungkin terhadap rilisan
yang akan saya masukkan kedalam daftar ini dan akan bersikap se-diplomatis mungkin
dengan pertanyaan demi pertanyaan yang akan keluar dari teman-teman sekalian. Tentu
hanya terbatas pada rilisan yang saya dengarkan.
*honorable mention
FSTVLST – FSTVLST II
Petra Sihombing – semenjak internet
Nakatomi plaza – let the midnight come (single)
Goodpool – a passage about self acceptance (single)
Rilisan-rilisan yang tersebut diatas adalah rilisan yang tidak
masuk ke daftar yang akan saya buat, bukan alasan kualitas namun sekedar daftar
yang akan saya sajikan terbatas di angka 5 saja. Saya pribadi sangat suka Petra
sihombing. Kemampuannya dalam mengeksekusi lagu sudah tidak perlu di ragukan
lagi. Dalam album Semenjak Internet, Petra mengangkat tema yang dekat dengan
lika-liku manusia modern lalu dibahasakan dengan lirik se-sederhana mungkin
serta musik yang sungguh sesuai porsinya, tidak kurang juga tidak lebih.
Tipikal album ringan yang kalau kamu dengarkan pasti tidak terasa “wah udah track
terakhir aja nih”. Lalu ada Nakatomi plaza, proyek gabungan dari Haikal Azizi
(Bin Idris, Sigmun) dan Marcel Thee (Sajama Cut). Bertajuk Post-Punk margonda,
Haikal dan Marcel berhasil memadukan musik post-punk ala Joy division dengan
sentuhan shoegaze tipis-tipis dan part-part isian synthetizer sebagai bumbu
pemanis. Untuk Goodpool sendiri, saya tidak sengaja menemukan band dari kota
Jogja ini. Hasil dari rekomendasi teman, ternyata saya langsung terhipnotis
dengan line vocal catchy dan suara
yang sendu namun tidak terdengar menye-menye. Isi dari lagu yang mengajarkan
bagaimana cara untuk menerima diri sendiri menjadi inti dari tema Goodpool
menulis lirik yang lugas namun masih ada sisi poetic di dalamnya. Terkhusus untuk FSTVLST II dari band FSTVLST, saya
yang (bisa dibilang) baru mengikuti mereka sekitar dua tahun belakangan
sebenarnya menaruh ekspektasi tinggi terhadap album kedua dari FSTVLST ini.
Hadir dengan album perdana Hits kitsch (2014) yang merupakan salah satu album
terbaik diangkatannya, FSTVLST meluncurkan
album kedua yang dinantikan Festivalist (fans FSTVLST) juga penikmat musik yang
lain, justru dengan respon pertama terasa biasa saja. Tidak sedikit reaksi yang
keluar dari para pendengar album ini. Dengan komposisi musik yang tetap seperti
FSTVLST namun dengan tema dan isu yang diangkat lebih dalam akhirnya menjadi
alasan saya mulai menyukai album ini. Bukan tipe album yang sekali dengar
langsung suka, namun harus kita kulik dulu apa maksut dari isu yang dibawakan.
Setelah semua penjelasan diatas, mari kita menuju daftar
yang menjadi pokok pembahasan kita. Saya rasa rata-rata dari kita, tentu yang
mendengarkan rilisan yang akan masuk daftar ini akan setuju dengan apa yang
akan saya tulis disini. Mari sejenak melupakan masalah sepanjang tahun 2020
yang maha asu ini dengan mendoakan agar di tahun yang akan datang akan datang
banyak kebahagiaan yang menanti kita, setidaknya tetap sehat dan makmur
sekeluarga sudah cukup deh.
5. . Garatuba – Rollfast
Trio pysic-rock yang berasal dari
pula dewata Bali ini punya satu pergerakan yang hampir mirip dengan Stars and
Rabbit dalam album terbarunya. Atas respon kejadian sekitarnya, Rollfast
memutuskan untuk menanggalkan eksplorasi rock klasik macam Black sabath dan Led
zepelin pada album debut mereka.
Bagaikan remaja yang mencari
dosis yang lebih dari sekedar arak yang biasa saja lalu mencoba magic mushroom mereka mencampur adukkan
nada-nada mistis dan elemen hard rock, elektronik, dengan part-part glommy jazz, dan jejak rock marah-marah
disana sini. Garatuba hadir sebgai rasa
muak muda mudi Bali terhadap glorifikasi pariwisata dan maskulinitas yang
toksik dalam budaya Bali. Garatuba hadir sebagai manifestasi trance sembari tetap marah-marah akan
keadaan budaya dan lingkungan yang kian hari kian tidak masuk akal.
4. Rainbow Aisle – Stars and Rabbit
Merubah warna musik (dengan
sukses) bukanlah hal yang semua musisi bisa lakukan. Banyak aspek yang jadi
bahan pertimbangan jelas akan memperngaruhi jalannya si musisi sendiri. Musisi
harus bisa membedakan antara ego kebosanan dimana mempertahankan warna musik
dengan asas eksplorasi musikalitass. Tidak jarang para musisi ini juga
memikirkan aspek para penikmat mereka yang kadung nyaman oleh musik mereka. Alhasil, daripada mereka merubah
warna baru akan proyek musik mereka, mereka mengambil jalan pintas berupa
membuat proyek solo atau alter ego yang membuat mereka bisa lebih mengeksplore
musik yang mereka inginkan.
Stars and rabbit adalah satu dari
sedikit band yang sukses melakukan itu. Ditinggal oleh tandemnya Ade Widodo
sebagai pengisi gitar, Elda memutuskan untuk menggaet Didit saad untuk mengisi
kekosongan Ade widodo dan membentuk duet yang tak kalah maut. Elda dan Didit
sendiri bukan baru kali ini menjalin proyek musik. Sempat bersama di Evo hingga
memutuskan bubar, Elda dan Didit memberanikan diri untuk melepas ciri khas
Stars and Rabbit yang merupakan salah satu duo Folk-akustik terbaik di Indonesia
menjadi lebih Alternatif rock. Track dalam album ini dieksekusi dengan sangat
baik oleh Didit saad mengingat Didit saad sendiri sudah terkenal sebagai salah
satu poduser musik terbaik yang ada di Indonesia. Dengan Didit saad yang
memberi nuansa gitar yang sarat riff serta distorsi membuat album Rainbow Aisle
menjadi album yang penuh dengan materi rock alternatif dengan bassis gitar dan
vokal yang lebih lepas dan luas. Album ini adalah wujud dari metamorfosis yang
hakiki.
3. Mevrouw – Sore ze Band
Album Mevrouw adalah album pendek
sore setelah beberpa tahun yang lalu, tepatnya 2013 merilis album komplasi
bertajuk Sorealist. Sempat merilis Rubber song disusul Woo Woo sebagai single
awalan untuk album pendek ini, di awal tahun 2020 Sore merilis empat lagu lagi
sebagai tanda pamungkas bahwa album pendek ini resmi selesai perilisannya.
Terdapat enam track yang hadir di album pendek ini, salah satunya adalah Avenue
yang merupakah materi lawas Ade paloh yang belum direkam.
Satu yang berbeda dari
album-album sore sebelumnya adalah keterlibatan kolaborasi dengan para penyanyi
perempuan. Di sini, disetiap lagu sore mengajak enam musisi perempuan sebagai
kolaborator. Hal ini dilakukan mengingat kata mevrouw sendiri berarti perempuanku serta album ini sendiri memang
ingin mengangkat tema kekuatan wanita. Artwrok dari single yang dirilis sendiri
juga menampakkan siluet perempuan dalam berbagai pose.
Album ini dieksekusi dengan
sangat baik, nyaris tanpa cacat. Tidak mengherankan stigma bahw“Sore gonna be
Sore” pun menjadi garansi akan tiap karya yang mereka keluarkan. Masih dengan
unsur pop indonesiana-nya Sore seakan kembali menegaskan bahwa mereka memang
band terbaik di genrenya dan salah satu band terbaik yang pernah di punyai Indonesia.
Band semenjana ini saya ragukan akan kehabisan ide untuk berkarya walaupun
hanya menyisakan tiga personel awal.
2. “seminal” The early backyards years 88-01 backyards tapes
– Teenage death star
Ini sebenarnya bukanlah album
yang diakui secara resmi oleh Teenage Death Star yang kita tahu selama ini
adalah band separuh mitos karena dengan modal satu album Longway To Nowhere saja mereka bisa dipuja sampai generasi
sekarang. Album ini merupakan embrio dari musik Teenage Death Star yang akan datang,
namun dengan paduan instrumen dan aransemen yang lebih kompleks. Backyards
tapes dikerjakan oleh Sun Liong Maestro studio yang di rekam di sebuah halaman
belakang seorang kolega.
Pita reel rekaman album ini
ditemukan di gudang Sun Liong bersama dengan master ari tape antah berantah
lainnya. Pertama kali dirilis pada tahun 2013 dengan hanya 333 kopi, dan
langsung ludes terjual tanpa para pembeli sadar apa sebenarnya certa dibalik
album ini. Muncul dari kumpulan keresahan anak muda Bandung pada jamannya tanpa
pernaah dianggap oleh penikmat musik pada era itu justru sangat diapresiasi di
tahun-tahun yang belakangan ini, bagaikan sebuah karya visioner yang menyasar
muda mudi di masa yang akan datang saat dimana semua orang yang terlibat sudah
tidak peduli lagi.
Berisikikan 14 track yang
mengangkat tema yang bermacam-macam serta
musik yang sangat eksploratif menjadikan album Backyard Tapes ini
menjadi salah satu rilisan terbaik di tahun 2020 ini. Pertama kali dirilis
tahun 2013 oleh Teenage Death star sendiri dengan bantuan FFWD Recors. Sampul
album ini dikerjakan dengan sangat amat binal oleh Agan harahap dan Ahamad
rizalli,dan dalam waktu dekat juga TDS akan menggelar pameran seni rupa dan
mini dokumenter yang merekam perjalanan karir mereka dari tahun 1987. Untuk
kalian yang penasaran, album ini bisa kalian unduh dan dngarkan di Bandcamp
dari La munai Records.
1.GODSIGMA – Sajama Cut
Selalu ada rasa menyenangkan saat
menyambut bahwa salah satu badn veteran kembali mengeluarkan album penuh
mereka. Setelah softcore yang dirilis pada tahun 2018, Sajama cut kembali
merilis album penuhnya bertajuk GODSIGMA. Sebagai awalan Sajama Cut merilis
dahulu empat lagu sebagai permulaan diantaranya; Adegan Ranjang 1981 love 1982,
Menggegam Dunia, dan Rachmaninoff dan semangkuk mawar hidangan tengah malam
yang dirillis berurutan pada bulan Mei, Juli, dan Agustuss 2020.
Lalu apa yang membuat GODSIGMA
menjadi begitu spesial? Pertama tentu dari segi lirik. Marcel thee selaku
penulis lirik mellakukan ekspansi besar-besaran ke dalam sektor penulisan lirik
berbahasa Indonesia. Memasukkan lirik yang “amoral’ namun tidak terkesan porno
seperti, “kusarankan kulum kembali” atau
“ini ibu budi / bu budi pecandu” atau
penggalan “berdisko ria di vihara” yang
kurang ajar. Semua track dalam album ini menerapkan lirik berbahasa Indonesia
yang nyentrik. Bukan tipe album yang akan kamu suka dengan sekali dengar jika
kamu buka pendengar Sajama Cut di album-album sebelumnya. Album ini adalah bisa
dijadikan bukti sebuah kesepakatan bersama bahwa Marcel thee adalah salah satu
penulis lirik terbaik yang kita miliki dewasa ini.
Dari segi musik sendiri, album
GODSIGMA sendiri menghadirkan nuasa yang hampir mirip dengan album Sajama cut
Apologia, dimana di dalam dua album tersebut Sajama cut menggunakan lirik
bahasa Indonesia secara penuh, sebuah hal yang sudah sangat jarang dilakuakn
Sajama Cut di tahun-tahun sebelumnya.
Ada satu hal yang membuat album
GODSIGMA terasa sangat berbeda dengan album Sajama Cut sebelumnya. Marcel thee
sendiri mengatakan bahwa album ini memang dipersiapkan untuk aksi panggung,
bukan untuk sesi studio. Maka dari itu, sejak dari track pertama dari album ini
sudah tersasa hawa-hawa sing along dan berjingkrak ria.
GODSIGMA menutup daftar lima besar rilisan terbaik di tahun
2020 ini. Memang, kita semua berhasil melewatinya dengan status kemelud, namun
itu bukan menjadi alasan semngat kita makin surut. Llma daftar diatas bukanlah
apa-apa dibanding ratusan rilisan karya teman-teman musisi yang tetap berjuang
di masa yang tidak menentu ini. Sebenarnya masih banyak album dan rilisan yang
patut juga kita perbincangkan di pembahasan semacam ini. Riisan macam
Mysteria-nya Goodnight Elcetric, Miasma Tahun Asu milik grup eksperimental
Hardcore BAPAK. juga banyak lagi yang tidak bisa kita sebutan satu persatu. Sekali
lagi, semoga di tahun-tahun yang akan datang tidak ada lagi ksedihan yang amat
sangat terjadi menimpa kita semua, semoga bisa mulai nge-gigs lagi, dan semoga
kita semua sehat dan makmur sekeluarga. Tidak ada doa yang sanggup mewakilkan
perasaan harapan kita selain semoga kita semua hidup bahagia, Amin.
Komentar
Posting Komentar